Malam Takbiran di Kampung Rekesan
Setiap tahun, malam Idul Fitri di Kampung Rekesan selalu diwarnai dengan semarak takbir keliling. Para pemuda dan remaja begitu antusias mengikuti tradisi ini, mengumandangkan takbir sambil berkeliling kampung untuk menyemarakkan kebahagiaan kaum muslimin menyambut hari kemenangan.
Namun, seiring berjalannya waktu, banyak warga yang merasa bahwa makna dari takbir keliling mulai memudar. Kegiatan yang seharusnya sarat dengan nilai-nilai religius dan kebersamaan, kini lebih sering dianggap sebagai sekadar hiburan atau entertainment semata.
Idealnya, malam takbiran seharusnya diisi dengan kegiatan yang mendatangkan pahala, seperti mengumandangkan takbir mulai dari habis Ashar hingga menjelang sholat Idul Fitri berjamaah. Selain itu, momen ini juga bisa dimanfaatkan untuk menunaikan zakat fitrah dan kegiatan lain yang lebih bermanfaat.
Agar takbir keliling tidak kehilangan esensinya, diperlukan pemahaman dan pengertian yang lebih mendalam tentang substansi dari kegiatan ini. Dengan begitu, takbir keliling dapat memberikan warna dan makna yang lebih dalam di hari kemenangan kaum muslimin.
1. Perhatikan Sisi Keamanan
Salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan takbir keliling adalah aspek keamanan. Penggunaan ogoh-ogoh, kembang api, dan alat-alat lain yang sering digunakan dalam takbir keliling harus memenuhi standar keamanan. Ogoh-ogoh harus dibuat dengan kuat dan aman, begitu juga dengan penggunaan kembang api yang harus diawasi agar tidak menimbulkan bahaya.
Selain itu, aspek teknis seperti rute perjalanan takbir keliling juga perlu diperhatikan agar tidak menimbulkan kemacetan, kegaduhan, atau bahkan tindakan anarkis yang dapat merusak suasana kebersamaan.
2. Jaga Unsur Religius
Takbir keliling sejatinya adalah bentuk syiar agama, sehingga unsur religius harus tetap dijaga. Penggunaan musik yang terlalu berlebihan atau tidak sesuai dengan nilai-nilai Islam justru dapat menurunkan nilai religius dari kegiatan ini.
Alangkah baiknya jika takbir keliling lebih menekankan pada pengumandangan takbir, tahlil, dan tahmid yang khusyuk, sehingga dapat mengingatkan kita akan kebesaran Allah SWT. Dengan menjaga unsur religius, takbir keliling akan lebih bermakna dan sesuai dengan tujuan awalnya, yaitu untuk mengagungkan Allah SWT.
3. Kendalikan Sifat Konsumtif
Takbir keliling akan menjadi lebih bermakna jika kita mampu mengekang sifat konsumtif yang sering muncul dalam kegiatan ini. Penggunaan anggaran untuk takbir keliling sebaiknya mempertimbangkan aspek ekonomi, psikologis, dan sosiologis masyarakat setempat.
Alih-alih menghabiskan dana untuk hal-hal yang bersifat konsumtif, lebih baik jika dana tersebut dialokasikan untuk kegiatan yang lebih bermanfaat, seperti membantu masyarakat yang kurang mampu atau kegiatan sosial lainnya. Dengan begitu, takbir keliling tidak hanya menjadi ajang hiburan, tetapi juga menjadi sarana untuk berbagi dan peduli terhadap sesama.
4. Promosikan Nilai-nilai Kampung
Takbir keliling juga bisa menjadi sarana untuk mempromosikan nilai-nilai kampung dan memberikan identitas yang jelas. Nilai-nilai kemajemukan, keragaman, solidaritas, dan kegotongroyongan seharusnya lebih diprioritaskan dibandingkan nilai-nilai hedonis dan entertainment.
Dalam perjalanan takbir keliling, selain melafalkan takbir, tahlil, dan tahmid, para peserta juga bisa memberikan “sesuatu” yang tidak hanya sekedar tampilan, tetapi juga bisa mengakrabkan dengan para penikmat takbir di sepanjang jalan. Misalnya, dengan membagikan makanan, selebaran tentang sunnah-sunnah berhari raya, atau bahkan sekadar mengucapkan salam dan berbagi kebahagiaan.
5. Jaga Persatuan Umat Islam
Takbir keliling merupakan bagian dari budaya yang melibatkan unsur norma adat dan norma agama. Oleh karena itu, kegiatan ini seharusnya tidak mengikis persatuan umat Islam, baik di tingkat lokal maupun global. Jangan sampai gelegar dan kemeriahan malam takbir justru menciderai perasaan kaum muslimin di mana pun berada. Kita harus selalu ingat bahwa masih banyak masyarakat muslim di dunia yang tidak dalam keadaan baik-baik saja dan kecukupan. Dengan menjaga persatuan dan solidaritas, takbir keliling akan menjadi lebih bermakna dan sesuai dengan nilai-nilai Islam yang rahmatan lil ‘alamin.
Kesimpulan
Takbir keliling pada malam Idul Fitri seharusnya tidak hanya menjadi ajang hiburan semata, tetapi juga menjadi momen untuk mengagungkan Allah SWT dan mempererat tali persaudaraan. Dengan memperhatikan aspek keamanan, menjaga unsur religius, mengendalikan sifat konsumtif, mempromosikan nilai-nilai kampung, dan menjaga persatuan umat Islam, takbir keliling akan kembali bermakna dan memberikan dampak positif bagi masyarakat. Semoga di Kampung Rekesan dan di mana pun takbir keliling dilaksanakan, kegiatan ini dapat menjadi sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT dan menebar kebahagiaan di hari kemenangan.